Ketika Hati Bicara,semuanya akan bisa kita lakukan :)

Senin, 05 September 2011

Tak Selamanya Mendung Itu Kelabu (Part 2)


“Dia bisu Ra. Dia tidak bisa bicara. Itu penyakitnya sejak lahir”
“Darimana kamu tahu Nil?”
“Aku juga pernah bermain disini Ra.”

Aku termenung sejenak memikirkan anak sekecil Arin yang masih polos, telah diberikan ujian seberat ini. Mungkin jika aku di posisinya sekarang, aku tak tahu apa yang akan aku lakukan dan tak mampu lagi tersenyum pada dunia. Namun inilah yang dinamakan kekuatan hati, kekuatan yang tak semua orang memilikinya, kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang hebat salah satunya adalah Arin.

Setelah bermain-main lama dengan mereka, kami beristirahat di sebuah tempat yang bisa dikatakan tidak layak untuk ditempati istirahat. Namun mau tidak mau hanya itu tempat yang lumayan bersih untuk ditempati duduk santai. Ku pandangi mereka semua dengan senyum tipis, terlihat dari wajah dan mata mereka bahwa mereka sangat lelah dan lapar. Lalu aku memutuskan untuk ke mobil untuk mengambil makanan yang sudah sopir pribadiku antarkan dan segera kembali ke tempat tadi.

“ Adik-adik ini makan siang buat kalian semua. Di makan ya”
“Terimakasih kak Ira”

Serentak mereka mengucapkan terimakasih padaku, rasanya hatiku sedikit bahagia dan lega untuk hari ini. Tapi ada yang aneh dari Arin, dia sama sekali tidak membuka kotak makanan yang aku berikan. Aku mulai mendekatinya dan membelai rambut panjangnya.

“Arin kenapa tidak makan? enggak suka ya dengan makanannya?”
(bahasa isyarat) “Tidak kak. Makanannya untuk ayah dan ibu saja dirumah. Arin enggak apa-apa, kasihan ayah dan ibu tidak makan”
“Arin makan aja ya. kakak masih ada makanan kok buat ayah dan ibu Arin”

Hatiku seakan terketuk sangat keras melihat seorang anak kecil yang sangat menyayangi orang tuanya. Sedangkan aku, orang yang selalu dilimpahkan materi, tidak pernah memikirkan orang tuaku sendiri. Tidak pernah memikirkan keadaan mereka, apa yang terjadi pada mereka dan lain sebagainya.

Setelah selesai makan, satu per satu dari mereka kembali ke rumah masing-masing dan aku mengikuti Arin untuk bertemu ayah dan ibunya untuk memberikan mereka makanan. Ketika sampai disana, aku tidak menyangka rumah itu hampir mirip dengan tempat pembuangan sampah. Begitu kecil dan mini, sangat tidak layak ditempati.

Perlahan langkah kakiku memasuki rumah Arin. Kedua orang tuanya memandangku penuh keramahan dan kasih sayang. Sesuatu yang sangat jarang aku dapatkan dari orang tuaku sendiri. 

“ Aduh, terimakasih banyak ya nak, udah ngantar Arin pulang. Maaf merepotkan”
“Enggak apa pak,bu. Kami berdua sendiri yang mau mengantarkan Arin pulang. Oh iya, ini makanan buat bapak dan ibu. Sekalian makan malam buat bapak,ibu dan Arin”
“Enggak perlu nak. Aduh kami jadi malu.”
“Terima saja pak,bu. Kami sangat bahagia jika bapak dan ibu mau menerimanya”

Aku dan Adnil memberikan beberapa kotak makanan untuk makan malam mereka berdua. Ketika aku memandang mereka, mereka sangat bahagia dan sedikit malu karena merasa dikasihani oleh kami.

Ketika melihat-lihat rumah Arin bersama Adnil dan juga Arin, mataku tertuju pada sebuah gambar yang sangat indah yang serupa dengan lukisan. Di gambar itu terlihat awan gelap gulita dan seorang anak kecil yang duduk sendirian diatas bukit, tapi yang tak bisa ku pikirkan dengan akal sehat, ada pelangi di malam hari. Aku bingung apa arti dari lukisan ini.

Aku langsung memukul pundak Adnil dan menyuruh dia menjelaskan apa arti dari lukisan yang aku lihat. Mumpung Arin sedang asik mencari sesuatu di sebuah tempat.

“Mungkin, anak itu adalah Arin. Malam adalah gambar kehidupannya, yang kelam. Namun masih ada segaris pelangi buatnya. Maksudnya, di kehidupannya yang kelam, dia masih mempunyai beberapa hal yang bisa mewarnai hidupnya. Mungkin”

            Aku merasakan bahwa Arin sangat mempunyai bakat dalam bidang seni lukis. Aku akan membantunya untuk menyalurkan bakat luar biasa yang ia miliki. Dan membuktikan bahwa orang yang selama ini rendah di hadapan manusia yang ria, lebih berkualitas daripada mereka yang hanya bangga terhadap materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar